mensyukuri nikmat Allah SWT.

MENSYUKURI NIKMAT ALLAH SWT.

Syukur berasal dari penulisan bahasa arab yaitu ( ﺸﻜﻮﺮ ) yang berarti yang banyak syukur. Dan dari bahasa arab sendiri kata Syukur berasal dari ﺷﻜﺮﺍ-ﻴﺸﻜﺮ-ﺸﻜﺮ yang berarti berterima kasih, mensyukurinya, memujinya. Sedangkan menurut istilah kata Syukur berarti ucapan terima kasih yang tidak hanya dibuktikan dengan ucapan saja melainkan dari hati dan juga perbuatan kepada Allah SWT. Yang memberikan segala sesuatunya kepada kita mulai dari lahir maupun batin.
Menurut para ulama’ kata Syukur didefinisikan sebagai tindakan menggunakan atau memanfaatkan semua nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Menurut Imam Al-Junaid salah seorang sufi terbesar berkata bahwa Syukur adalah tidak menggunakan nikmat untuk berbuat maksiat atau durhaka kepada Allah SWT.
Sedangkan nikmat berasal dari bahasa arab yaitu ( ﻧﻌﻤﺔ ) yang berarti nikmat, pemberian, karunia, anugerah. Dan dari segi bahasa arab sendiri berasal dari ﻨﻌﻮﻤﺔ-ﻴﻧﻌﻡ-ﻧﻌﻡ yang berarti lembut, halus. Sedangkan menurut istilah berarti segala sesuatu yang sesuai dengan watak dan terpuji akibatnya.
Dalam kehidupan sehari-hari disekitar kita, telah banyak terjadi orang yang hampir jarang bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada kita dan tidak mau bersyukur atas nikmatNya. Dan dapat kita hitung dengan jari saja berapa banyak orang yang bersyukur atas nikmat Allah.
Walaupun mereka sudah diberi nikmat oleh Allah sejak lahir hingga sekarang, sudah tak terhitung berapa nikmat-nikmat yang telah kita rasakan. Bahkan berapa jumlah nikmat yang Allah berikan dalam seharipun kita pun sulit menghitungnya seperti kita diberi bernafas setiap hari, kesehatan, fikiran, ilmu, rizki yang tak terhitung, dan masih banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita yang tak dapat kita rasakan baik itu secara tidak sadar maupun dengan sadar. Banyak orang yang selalu merasa kurang puas atas apa yang mereka dapatkan dan selalu merasa kurang ayas apa yang mereka punya, hal itu disebabkan karena kurang bersyukurnya atas apa yang Allah berikan selama mereka hidup. Mereka selalu melihat orang yang ada diatasnya padahal banyak orang yang dibawah mereka tersebut kurang mencukupi dalam kehidupan sehari-hari mereka atau hampir kedaannnya kurang dari pada yang mereka punya. Padahal dalam hadits Nabi telah diterangkan :

ﻮﻋﻦﺃﺑﻲﻫﺮﻴﺮﺓﺮﺿﻲﺍﷲﻋﻧﻪﻗﺎﻞﻗﺎﻞﺮﺴﻮﻞﺍﷲﺼﻟﻰﺍﷲﻋﻟﻴﻪﻮﺴﻟﻡﺃﻧﻆﺮﺇﻟﻰ
ﻤﻦﻫﻮﺃﺴﻔﻝﻤﻧﻜﻡﻮﻻ
ﺗﻧﻇﺮﺇﻟﻰﻤﻦﻫﻮﻔﻮﻗﻜﻡﻔﻬﻮﺃﺟﺩﺮﺃﻦﻻﺘﺘﺯﺩﺮﺍﻨﻌﻤﺔﺍﷲﻋﻠﻴﻜﻡﻤﺘﻔﻕﻋﻠﻴﻪ

Artinya :
Dari Abi Hurairah R.A. berkata bahwa RAsulullah SAW. Bersabda : “ Lihatlah kepada seseorang yang lebih rendah dari pada kalian dan janganlah melihat kepada seseorang yang dia lebih diatas kalian, yang seperti kalian yang lebih baik untuk tidak meremehkan nikmat Allah kepadamu .” ( H.R. Bukhori-Muslim ).
Dan selebihnya banyak orang yang belum mengetahui pengertian dan penerapan syukur yang sebenarnya sehingga tidak jarang muncul tindakan-tindakan yang menurut anggapan mereka dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat-nikmat Allah yang diberikan, malah berlawanan dengan rasa syukur itu sendiri seperti syukuran dengan nanggap orkes.
Padahal Allah SWT. Telah memberikan kepada kita semua nikmat-nikmat yang sngat melimpah dan semua itu diberikanNya kepad kita secara Cuma-Cuma dan Allah tidak menuntut imbalan apapun dan sedikitpun kepada kita karena Allah memiliki sifat yang mulia yaitu Al-Mun’im ( Dzat yang memberi nikmat ) dan Al-Ghanyy ( Dzat yang maha kaya ). Hanya saja kita dituntut untuk pandai-pandai mensyukuri atas nikmatNya. Dan Allah SWT. Telah berfirman dalam Surat Al-Baqoroh Ayat 152 yang berbunyi :

ﻔﺎﺫﻜﺮﻮﻧﻲﺃﺫﻜﺮﻜﻡﻮﺍﺷﻜﺮﻮﻠﻲﻮﻻﺘﻜﻔﺮﻮﻦ۞


Artinya :
” Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmatKu.”
bersyukur selain menjalankan perintah Allah juga berfungsi untuk melestarikan dan mengembangkan nikmat sebab seperti yang dijanjikan Allah SWT. Dalam Al-Qur’an :
” Barang siapa yang mau bersyukur kepada Allah maka Allah akan menggandakan nikmat yang diterimanya ( hamba-hambanya ).”
Rsulullah SAW. Dalam haditsnya yang bersabda :

ﻤﻦﻟﻡﻴﺷﻜﺮﻗﻠﻴﻼﻟﻡﻴﺷﻜﺮﻜﺛﻴﺮﺍ

Artinya :
” Barang siapa yang tidak bersyukur atas nikmat yang sedikit, ia tidak bersyukur nikmat yang banyak .”
Karena yang besar dan yang banyak itu tidak lain adalah kumpulan dari yang sedikit dan yang lebih kecil.
Seperti yang direngkan dalam kitab ” Al-Atqiya’ ” terdapat cara-cara mengumpulkan rasa syukur itu terbagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Syukur Bil Qalbi ( ﺷﻜﻮﺮﺑﺎﻠﻗﻠﺏ )
Dengan cara beriman dan menghiasi diri dari sifat-sifat terpuji yang berkaitan dengan hati, misalnya ridho akan semua keputusan Allah SWT, ikhlas, dan seterusnya.
2. Syukur Bil Lisan ( ﺷﻜﻮﺮﺑﺎﻟﻟﺴﺎﻥ )
Di wujudkan dengan berbicara jujur dan benar sesuai dengan kenyataan dan sesuai dengan kebutuhan dalam rangka beribadah kepada Allahh SWT, misalnya untuk keperluan amar ma’ruf nahi munkar dalam arti luas, termasuk menyampaikan kritik-kritik yang bersifat konstruktif, serta hal-hal lain yang bermanfaat di dunia dan di akhirat. Jadi, hakikat syukur tidak hanya cukup mengucapkan ” Alhamdulillah ”, hanya salah satu dari cara bersyukur dengan lisan, bukan satu-satunya.
3. Syukur Bil Jawarih ( ﺷﻜﻮﺮﺑﺎﻠﺠﻮﺍﺮﻴﺢ )
Sebagaimana syukur kedua, penerapan syukur tersebut dilakukan dengan cara memenfaatkan anggota badan sesuai dengan sebagaimana fungsinya. Menurut Islam, cara bersyukur lewat jalur ini adalah seperti menolong orang lain , membangun sarana pendidikan dan peribadatan, serta amal-amal sholeh yang lainnya, secara individual maupun kolektif.
Sebuah kata mutiara :
’” Kita harus yakin bahwa apa yang ditentukan oleh Allah buat kita, itulah yang terbaik. Bersyukur dan berpuas hatilah dengan apa yang anda miliki sekarang. Jangan sekali-kali berfikir bahwa anda bergembira setelah memiliki perkara-perkara yang tidak anda miliki sekarang. ” Read More..

cara memakai dan melepas sandal

CARA MEMAKAI DAN MELEPAS SANDAL

Taukah anda semua apa yang kita mulai untuk memakai dan melepas sandal???...

Dalam bab ini telah diterangkan dalam sebuah hadits rasulullah SAW. Yakni:

ﻭﻋﻨﻪﺮﺿﻲﺍﷲﻋﻨﻪﻘﺎﻞﻘﺎﻞﺮﺴﻭﻞﺍﷲﺼﻠﻰﺍﷲﻋﻠﻴﻪﻭﺴﻠﻢﺇﺫﺍﻨﺗﻌﻞﺃﺤﺪﻜﻢﻔﻠﻴﺑﺩﺃ ﺑﺎﻠﻴﻤﻴﻦﻮﺇﺫﺍﻨﺯﻉﻔﻠﻴﺑﺩﺃﺑﺎﻠﺸﻤﺎﻞﻮﻠﺘﻜﻦﺍﻟﻴﻤﻨﻰﺃﻮﻠﻬﻤﺎﺘﻧﻌﻞﻮﺃﺧﺭﻫﻤﺎﺘﻧﺯﻉ ﺃﺧﺭﺠﻪﻤﺴﻟﻢﺇﻟﻰﻘﻭﻟﻪﺑﺎﻟﺸﻤﺎﻞﻭﺃﺨﺭﺝﺑﺎﻘﻴﺔﻤﺎﻟﻚﻭﺍﻟﺗﺭﻤﺫﻱﻭﺃﺑﻭﺪﺍﻭﺪ

Artinya :

Dari Ali R.A. berkata : Bahwa Rasulullah SAW. Bersabda : ” Jika memakai sandal mulailah dengan kaki kanan dan jika melepas sandal maka mulailah dengan kaki kiri, dan jadikan kanan untuk memulai memakai dan yang terakhir untuk melepas ( H.R. Muslim sampai perkataannya dengan kiri dan H.R. Baqiyah Malik dan Tirmidzi dan Abu Dawud ).

Dan dari hadits diatas telah kita ketahui bahwa cara yang utama untuk memakai sandal yang utama adalah dengan menggunakan kaki kanan dan yang untuk melepas sandal adalah kaki kiri. Dalam hadits tersebut bukan berarti digunakan untuk memakai dan melepas sandal saja melainkan juga untuk memakai dan melepas sesuatu yang lainnya jadi kita mendahulukan yang kanan untuk memakai dan mengakhirkan yang kiri dan kita mendahulukan yang kiri untuk melepas dan mengakhirkan yang kanan seperti memakai dan melepas kaos kaki, sepatu, baju dsb.

Karena telah diterangkan dalam hadits maka sebaiknya kita mengikuti hadits tersebut yang merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh Nabi SAW. Dan patutlah kita mencontohnya. Sudah banyak dari kita yang kadag lupa dan hampir meremehkan hal tersebut. Apalagi kalau kita sedang tergesa-gesa untuk memakai atau pun untuk melepas pasti kita tidak akan sadar terhadap apa yang kita pakai tadi terlebih dahulu dan apa juga yang kita lepas tadi terlebih dahulu.

Mengapa hal itu bisa terjadi?????......

Karena kita belum membiasakan hal-hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita. Maka dari itu kita harus membiasakan kebiasaan tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita. Walaupun perbuatan itu adalah hal yang kecil bagi kita bahkan hal yang spele.

Sebagai para muslim dan muslimat mari kita ikuti sunnah-sunnah rasul yang telah diterangkan dalam hadits. Dan kita juga harus saling mengingatkan selama kita masih bisa menghirup udara nan segar di dunia ini karena kita sebagai manusia yang tak luput dari lupa dan khilaf.

Read More..